
Apakah Fadia Tetap Rangkap? Jawabannya Setelah Indonesia Open 2025
Pebulu tangkis putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, menjadi salah satu pasangan ganda putri yang paling diandalkan oleh PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia). Namun, dalam beberapa bulan terakhir, muncul pertanyaan besar di kalangan pengamat dan pencinta bulu tangkis Tanah Air: Apakah Fadia akan tetap bermain rangkap di dua sektor—ganda putri dan ganda campuran?
PBSI belum mengumumkan secara resmi keputusan terkait status rangkap Fadia. Menurut informasi yang beredar dari pelatih serta ofisial PBSI, keputusan tersebut baru akan ditentukan setelah turnamen besar Indonesia Open 2025, yang akan digelar pada pertengahan tahun.

Latar Belakang Rangkap Fadia
Siti Fadia Silva Ramadhanti selama ini dikenal sebagai pasangan solid dari Apriyani Rahayu di sektor ganda putri.
Sejak dipasangkan setelah Olimpiade Tokyo 2020, keduanya menunjukkan performa luar biasa dan bahkan
meraih gelar juara SEA Games serta beberapa turnamen BWF World Tour.
Namun, dalam rangka meningkatkan kompetensi ganda campuran, Fadia juga sempat dicoba di sektor
ganda campuran, salah satunya dengan pasangan Rinov Rivaldy. Eksperimen ini dimaksudkan untuk melihat potensi lain dari Fadia, yang memiliki teknik, stamina, dan fleksibilitas luar biasa sebagai atlet elit.
Meskipun begitu, bermain di dua sektor sekaligus bukanlah hal mudah. Selain membutuhkan fisik prima, konsistensi dalam strategi, jadwal pertandingan yang padat, serta risiko cedera menjadi tantangan tersendiri.
Evaluasi PBSI: Menunggu Indonesia Open 2025
Menurut pernyataan dari pelatih ganda campuran dan ganda putri PBSI, pihak pelatih ingin melihat terlebih dahulu performa Fadia di Indonesia Open 2025 sebelum memutuskan apakah Fadia akan dipertahankan sebagai pemain rangkap atau difokuskan pada satu sektor saja.
“Keputusan apakah Fadia tetap main rangkap atau tidak akan kami umumkan setelah turnamen Indonesia Open. Kami ingin mengevaluasi performanya terlebih dahulu di dua sektor tersebut,” kata salah satu pelatih PBSI.
Indonesia Open merupakan salah satu turnamen terbesar dan menjadi tolok ukur penting bagi para atlet elite dunia. Hasil dari turnamen ini bisa menjadi dasar objektif dalam mengevaluasi strategi jangka panjang PBSI, termasuk penempatan pemain untuk kejuaraan-kejuaraan besar seperti World Championship, Asian Games, dan bahkan Olimpiade Paris 2028.
Tantangan Bermain Rangkap: Tidak Semudah yang Dibayangkan
Bermain di dua sektor membutuhkan fisik yang luar biasa. Seorang pemain harus bisa menyesuaikan diri dengan dua pola permainan berbeda dalam waktu singkat. Terlebih lagi, dalam satu hari pertandingan, seorang pemain rangkap bisa saja harus tampil dua kali dengan jeda yang minim.
Fadia, meski masih muda dan enerjik, tetap harus mempertimbangkan aspek cedera jangka panjang. Risiko overuse (penggunaan berlebihan) pada otot dan sendi sangat mungkin terjadi jika beban latihan dan pertandingan tidak dikelola dengan hati-hati.
Selain itu, secara taktik, bermain di ganda putri dan campuran juga berbeda secara tempo, rotasi, hingga pola serangan. Adaptasi antara dua sektor ini membutuhkan waktu dan pengalaman tinggi, yang tidak semua pemain bisa melakukannya secara konsisten.
Sudut Pandang Tim Pelatih
PBSI juga mempertimbangkan aspek strategi tim nasional secara keseluruhan. Di sektor ganda putri, Indonesia memiliki beberapa pasangan muda potensial seperti Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, sedangkan di sektor ganda campuran, regenerasi masih menjadi PR besar.
Beberapa pelatih melihat Fadia sebagai aset penting yang bisa memberikan warna baru di sektor campuran. Namun, hal ini harus disesuaikan dengan kesiapan Fadia sendiri, baik secara fisik maupun mental.
“Potensinya besar, tapi harus realistis. Kami tidak ingin memaksakan sesuatu yang justru menghambat perkembangan Fadia,” ujar pelatih ganda campuran.
Pandangan Fadia Soal Rangkap
Dalam beberapa wawancara, Fadia mengaku tidak keberatan untuk bermain rangkap, asalkan diberi waktu untuk beradaptasi dan tidak terlalu dibebani dengan target berlebihan. Ia juga menekankan bahwa semua keputusan diserahkan sepenuhnya kepada tim pelatih.
“Kalau pelatih melihat saya bisa membantu tim di dua sektor, saya siap. Tapi tentu saya harus siap secara fisik dan menjaga konsistensi,” ucap Fadia dalam salah satu sesi media usai latihan.
Fadia juga menyebut bahwa bermain rangkap bisa memperkaya pengalamannya di lapangan dan membuatnya lebih adaptif terhadap berbagai pola permainan.
Dukungan Publik dan Harapan Penggemar
Publik pecinta bulu tangkis Indonesia cukup antusias menyambut kemungkinan Fadia bermain rangkap. Banyak yang melihat Fadia sebagai penerus era kejayaan ganda campuran Indonesia setelah pasangan legendaris Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Namun, sebagian lainnya juga berharap Fadia tetap fokus di ganda putri, mengingat konsistensi performanya bersama Apriyani Rahayu sangat dibutuhkan untuk menjaga posisi Indonesia di level atas dunia.
Yang pasti, semua pihak berharap keputusan yang diambil nantinya adalah yang terbaik bagi karier Fadia dan tim nasional secara keseluruhan.
Baca juga:Jadwal Lengkap Turnamen Bulutangkis Taipei Open 2025, Main Mulai Besok
Kemungkinan Skenario Setelah Indonesia Open 2025
Ada beberapa skenario yang bisa terjadi setelah evaluasi usai Indonesia Open 2025:
-
Fadia tetap bermain rangkap penuh waktu – Jika performa di kedua sektor dianggap memuaskan dan Fadia mampu menjaga kondisi, maka ia bisa melanjutkan bermain rangkap dengan dukungan jadwal dan rotasi yang diatur ketat oleh pelatih.
-
Fadia difokuskan hanya di ganda putri – Jika pertimbangan fisik dan strategi jangka panjang lebih mengarah pada sektor utama, maka kemungkinan besar PBSI akan memutuskan agar Fadia hanya fokus pada pasangan dengan Apriyani.
-
Rangkap terbatas untuk event tertentu – Fadia hanya akan bermain ganda campuran di turnamen level menengah atau kejuaraan tim seperti Sudirman Cup, bukan secara penuh di kalender internasional.
Penutup: Semua Mata Tertuju ke Indonesia Open 2025
Keputusan apakah Siti Fadia Silva Ramadhanti akan tetap bermain rangkap atau tidak memang masih menjadi tanda tanya. Namun, PBSI telah menegaskan bahwa semua akan bergantung pada evaluasi performa setelah Indonesia Open 2025. Turnamen ini bukan hanya menjadi ajang unjuk kemampuan, tetapi juga penentu arah karier salah satu atlet muda terbaik Indonesia.
Baik bermain di satu sektor atau dua sektor sekaligus, Fadia telah menunjukkan kualitasnya sebagai atlet berbakat yang pantas mendapat dukungan dan perhatian. Yang terpenting, keputusan akhir nanti harus mempertimbangkan masa depan atlet secara utuh: performa, kesehatan, dan kontribusi jangka panjang bagi bulu tangkis Indonesia.