
NBA LeBron & Doncic Gagal Selamatkan Lakers yang Out di Playoff
Los Angeles Lakers kembali harus mengubur mimpi mereka untuk meraih gelar juara NBA setelah tersingkir di babak playoff 2025. Meski diperkuat dua bintang besar, LeBron James dan Luka Doncic, tim asal California itu gagal menunjukkan dominasi dan harus mengakui keunggulan lawannya dalam seri yang berakhir lebih cepat dari prediksi banyak pihak.
Kekalahan ini menjadi tamparan bagi Lakers, yang musim ini sempat digadang-gadang sebagai superteam baru setelah sukses mendatangkan Luka Doncic dalam trade blockbuster dari Dallas Mavericks pada awal musim. Dengan duet LeBron–Doncic, ditambah Anthony Davis yang masih solid di sektor pertahanan, ekspektasi publik sangat tinggi. Namun hasil di lapangan berbicara lain.

NBA LeBron & Doncic Gagal Selamatkan Lakers yang Out di Playoff
Lakers memulai musim NBA 2024–2025 dengan rasa optimis. Manajemen tim melakukan langkah besar dengan mengorbankan sejumlah pemain muda dan draft pick demi merekrut Luka Doncic, yang tengah memasuki usia emasnya dan telah menjadi All-Star langganan.
Formasi supertrio LeBron–Doncic–Davis digadang sebagai jawaban atas dominasi tim-tim Wilayah Barat lainnya seperti Denver Nuggets, Phoenix Suns, dan Golden State Warriors. Di atas kertas, Lakers memiliki perpaduan pengalaman, ketangguhan fisik, dan kreativitas yang lengkap.
Di awal musim, kolaborasi ini memang terlihat menjanjikan. Lakers sempat memuncaki klasemen Wilayah Barat dalam 20 pertandingan pertama, dan Doncic dengan cepat menyesuaikan diri sebagai playmaker utama. Namun, inkonsistensi mulai muncul di pertengahan musim, ditambah cedera yang menghantui beberapa pemain pelapis.
Performa di Musim Reguler: Angin-anginan
Meski masih masuk zona playoff, performa Lakers di paruh kedua musim reguler cenderung menurun. Luka Doncic tampil luar biasa secara statistik—rata-rata mencetak 29 poin, 8 assist, dan 7 rebound per game—tetapi sering kali terlihat kelelahan, terutama karena harus mengisi banyak peran.
LeBron James, yang kini memasuki usia 40 tahun, masih menunjukkan level permainan tinggi dengan rataan 22 poin dan 6 assist, tetapi keterbatasan fisik mulai terlihat. Anthony Davis, meski dominan di paint area, juga mengalami beberapa cedera minor.
Lakers menutup musim di peringkat ke-6 Wilayah Barat, yang membuat mereka langsung bertemu lawan berat di babak pertama playoff: Denver Nuggets, juara bertahan NBA dan tim yang sama yang menyingkirkan mereka di playoff tahun lalu.
Seri Playoff: Momentum yang Tak Terjaga
Seri melawan Denver Nuggets berjalan panas sejak awal. Game pertama dimenangkan Lakers dengan performa luar biasa dari Doncic yang mencetak 36 poin. Namun, setelah itu, Denver tampil lebih konsisten.
Nikola Jokic kembali menjadi momok bagi pertahanan Lakers, sementara Jamal Murray menciptakan banyak peluang melalui pick and roll yang efektif. Dalam 6 pertandingan, Denver unggul 4-2 dan memupus harapan Lakers.
Meski beberapa game berlangsung ketat, terlihat bahwa kedalaman skuad Lakers kalah jauh dibanding Denver. Luka dan LeBron harus bermain rata-rata lebih dari 40 menit per pertandingan karena bangku cadangan minim kontribusi.
Luka Doncic: Statistik Hebat, Hasil Nihil
Sebagai bintang muda yang diharapkan menjadi wajah baru Lakers pasca-LeBron, Luka Doncic tampil luar biasa di semua pertandingan playoff. Namun statistik hebat tak cukup membawa Lakers lolos.
Doncic dianggap terlalu sering memaksakan permainan sendiri di beberapa momen krusial. Koordinasinya dengan LeBron juga belum sepenuhnya cair. Di sisi lain, strategi pelatih Darvin Ham juga dipertanyakan karena kurang mampu mengantisipasi perubahan taktik lawan.
Dalam wawancara pascalaga, Doncic mengaku kecewa tetapi menyatakan tekad untuk bangkit.
“Saya sangat kecewa karena kami tahu kami bisa lebih baik. Tapi ini pelajaran. Kami akan kembali lebih kuat,” ujar Doncic.
LeBron James: Era yang Segera Berakhir?
Kegagalan ini juga menimbulkan spekulasi soal masa depan LeBron James. Sang megabintang yang telah menginjak usia 40 tahun itu masih mampu bersaing, tetapi tubuhnya jelas tidak lagi prima. Kontrak LeBron akan berakhir musim depan, dan banyak pihak bertanya apakah ini musim terakhirnya di NBA.
LeBron sendiri belum memberikan kepastian, tetapi dalam konferensi pers ia mengatakan:
“Saya masih mencintai permainan ini. Tapi saya harus bicara dengan keluarga dan melihat kondisi tubuh saya sebelum memutuskan langkah selanjutnya.”
Jika LeBron memutuskan pensiun, ini akan menjadi akhir dari era emas NBA dan kehilangan salah satu ikon terbesar sepanjang masa.
Kegagalan Strategi Manajemen?
Kritik juga diarahkan pada manajemen Lakers. Keputusan melepas sejumlah pemain muda potensial seperti Austin Reaves, Rui Hachimura, dan Max Christie demi mendapatkan Doncic dinilai sebagai perjudian besar.
Meski Doncic adalah pemain bintang, Lakers kehilangan kedalaman skuad. Absennya second unit yang mampu menyamai intensitas tim utama terlihat jelas saat playoff, terutama saat LeBron dan Doncic duduk di bench.
Selain itu, permasalahan rotasi pemain, minimnya shooter murni, dan kurangnya rim protector cadangan membuat Lakers mudah dieksploitasi oleh tim seperti Denver.
Baca juga:Jakarta Pertamina Masih Optimistis ke Grand Final PLN Mobile Proliga 2025
Reaksi Fans dan Media
Kekalahan ini memicu reaksi keras dari fans Lakers di media sosial. Banyak yang kecewa dengan performa tim yang dinilai tidak sesuai ekspektasi. Tagar #FireHam sempat menjadi trending topik, menyuarakan kritik terhadap pelatih Darvin Ham.
Sementara itu, analis NBA seperti Stephen A. Smith menyebut kegagalan Lakers sebagai:
“Superteam gagal lainnya dalam sejarah NBA. Mereka punya semua potensi, tapi tidak mampu menyatukan semua elemen.”
Apa yang Harus Dilakukan Lakers?
Dengan kegagalan ini, Lakers harus melakukan evaluasi total. Beberapa langkah yang mungkin diambil:
-
Mempertimbangkan mengganti pelatih kepala
-
Menambah shooter dan defender dari free agency
-
Memberikan ruang lebih untuk Doncic sebagai pemimpin utama
-
Menentukan masa depan LeBron secepatnya
Apapun itu, Lakers tidak bisa hanya bergantung pada dua pemain bintang. Era baru harus dibangun dengan perencanaan matang dan strategi jangka panjang.
Penutup: Ketika Statistik Tak Cukup
Musim 2025 menjadi pelajaran pahit bagi Los Angeles Lakers. Kehadiran dua superstar, LeBron James dan Luka Doncic, ternyata belum cukup untuk membawa kejayaan. Dalam liga sekompetitif NBA, yang dibutuhkan bukan hanya nama besar, tetapi keseimbangan, kedalaman tim, dan manajemen yang tepat.
Kisah ini menunjukkan bahwa membangun dinasti bukan soal siapa pemainnya, tapi bagaimana mereka bekerja sebagai satu kesatuan. Bagi Lakers, musim depan akan menjadi penentuan—apakah mereka akan bangkit, atau terjebak dalam bayang-bayang kegagalan superteam seperti sebelumnya.