
Igor Tudor di Juventus: Dari Pemain Cadangan hingga Perselisihan dengan Pirlo
Igor Tudor bukanlah sosok asing bagi Juventus. Pria asal Kroasia ini pernah membela klub sebagai pemain, lalu kembali ke Turin sebagai asisten pelatih. Kini, namanya kembali mencuat karena disebut sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Thiago Motta di kursi pelatih Juventus.

Perjalanan sebagai Pemain Juventus
Tudor bergabung dengan Juventus pada tahun 1998 dan bertahan hingga 2005. Selama lebih dari tujuh tahun di klub, ia mencatatkan 174 penampilan dan mencetak 21 gol. Meski sering tampil sebagai pemain cadangan, kontribusinya tak bisa dianggap remeh.
Salah satu momen paling dikenang dari Tudor adalah ketika ia mencetak gol kemenangan atas Deportivo La Coruna di Liga Champions 2003. Gol tersebut memastikan Juventus lolos ke fase gugur dan menjadi bagian penting dari musim yang membawa mereka ke final.
Gelar dan Prestasi Bersama Juventus
Selama memperkuat Bianconeri, Tudor berhasil mengangkat dua trofi Serie A dan dua Supercoppa Italiana. Ia juga menjadi bagian dari skuad Juventus yang mencapai final Liga Champions 2003, meski harus mengakui keunggulan AC Milan melalui adu penalti.
Kembali ke Juventus Sebagai Asisten Pelatih
Setelah pensiun, Tudor kembali ke Juventus pada musim 2020/2021 sebagai bagian dari staf kepelatihan Andrea Pirlo. Namun, pengalaman keduanya di Juventus kali ini tidak seindah sebelumnya. Ia harus menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, termasuk ketegangan internal dalam tim kepelatihan.
Konflik dengan Andrea Pirlo
Dalam wawancara usai musim 2020/2021, Tudor mengungkapkan kekecewaannya karena merasa tidak dihargai dalam staf pelatih. Menurutnya, peran yang ia harapkan sebagai pelatih tidak dijalankan secara optimal. Pirlo, yang memanggilnya ke tim, justru memberikan kepercayaan lebih kepada Roberto Baronio dan seorang analis lainnya.
“Pirlo yang memanggil saya ke Juventus. Tapi dia juga membawa teman dekatnya, Baronio, dan seorang analis. Kami semua ditempatkan di level yang sama,” ungkap Tudor.
Ia mengaku kecewa karena meskipun Juventus memenangkan Coppa Italia dan berhasil lolos ke Liga Champions, tim kepelatihan tetap diberhentikan di akhir musim.
“Musim ini sulit, tapi kami tetap lolos ke Liga Champions dan memenangkan Coppa Italia. Tapi kami tetap dipecat. Saya kecewa,” tambahnya.
Keputusan Menjadi Pelatih Kepala
Setelah pengalaman yang kurang menyenangkan di Juventus, Tudor memutuskan untuk tidak lagi mengambil peran sebagai asisten pelatih. Ia memilih untuk membangun karier sebagai pelatih kepala. Pilihan ini terbukti tepat karena performanya sebagai pelatih utama di klub lain cukup mendapat perhatian.
Kini, dengan Juventus sedang mencari pelatih baru, nama Igor Tudor kembali menjadi bahan pembicaraan. Ia bersaing dengan nama besar lain seperti Roberto Mancini untuk posisi yang ditinggalkan Thiago Motta.
Baca juga:Erick Thohir Respons Isu Persija Tunggak Gaji Pemain: Kontribusi dari PT LIB ke Klub Naik
Potensi Kembali ke Turin
Jika kembali, Tudor tentu membawa pengalaman yang lebih matang dan perspektif berbeda. Ia telah merasakan atmosfer Juventus dari dalam sebagai pemain dan pelatih. Namun, tantangan besar menantinya, terutama dalam memperbaiki hubungan internal yang sempat renggang serta membawa klub kembali ke jalur kejayaan.
Kiprah Tudor di Juventus adalah contoh perjalanan penuh dinamika, dari sosok pemain cadangan yang setia, menjadi pencetak gol penting, hingga kembali sebagai pelatih yang harus bersaing dengan dinamika ruang ganti dan ekspektasi tinggi.
Penutup
Igor Tudor telah menjadi bagian dari sejarah Juventus, baik sebagai pemain maupun pelatih. Meski hubungannya dengan klub sempat berliku, pengalaman dan dedikasi yang dimilikinya bisa menjadi modal kuat jika dipercaya kembali memimpin skuad Bianconeri. Kini tinggal menunggu waktu, apakah Tudor akan kembali ke Turin dengan peran yang lebih besar daripada sebelumnya.